Masjid Nabawi dibangun setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Setibanya di Madinah, beliau membangun Masjid Nabawi. Umat Islam percaya, pemilihan lokasi Masjid Nabawi merupakan kehendak Ilahi.
Peneliti Pusat Studi Madinah, Abdul Basset Bader menjelaskan ketika Nabi Muhammad SAW menuju jantung kota Madinah, ia melewati suku-suku yang meminta beliau untuk menetap di rumahnya. Namun, Nabi Muhammad SAW mengatakan akan menetap di rumah yang menjadi tempat istirahat unta. "Tempat ini disebut "Al-Mirbad"," papar dia seperti dikutip Alarabiya.net, Selasa (7/8).
Hari berikutnya, kata Bader, Nabi memerintahkan pembelian tanah itu dan membangun masjid di sana. Ketika membeli tanah itu, Nabi SAW menghadapi tantangan berupa mengubah arah kiblat dari Yerusalem ke Mekkah. Saat pemindahan kiblat itu, seluruh bangunan dibangun kembali untuk menyesuaikan arah kiblat.
"Kota ini tumbuh pesat, demikian pula dengan populasi Muslim. Karena itu, Umar bin Khattab memerintahkan agar kembali dibangun masjid, namun ia meminta bangunan itu mirip dengan apa yang dilakukan Nabi," kata dia.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid Nabawi mengalami banyak perubahan. Hal ini dilakukan atas usul para sahabat yang melihat umat Islam dari luar Madinah berdatangan. Saat itulah, Masjid Nabawi mengalami pengembangan kapasitas dan estetika tata ruang.
"Pada era Kalifah Utsman bin Affan, fondasi Masjid Nabawi mengalami perubahan kembali. Ustman menganti material tanah liat menjadi batu. Setelah berkonsultasi dengan sahabat yang lain, ide Ustman akhirnya disetujui," jelas Bader.
Hal menarik lain, kata Bader, sebagian besar bangunan Madinah dibuat dari tanah liat yang dibakar. Sementara, bangunan Masjid Nabawi tidak menggunakan tanah liat yang tidak dibakar. "Maksudnya, dibangunnya Masjid Nabawi akan menghindarkan umat Islam dari api neraka," pungkas dia
Peneliti Pusat Studi Madinah, Abdul Basset Bader menjelaskan ketika Nabi Muhammad SAW menuju jantung kota Madinah, ia melewati suku-suku yang meminta beliau untuk menetap di rumahnya. Namun, Nabi Muhammad SAW mengatakan akan menetap di rumah yang menjadi tempat istirahat unta. "Tempat ini disebut "Al-Mirbad"," papar dia seperti dikutip Alarabiya.net, Selasa (7/8).
Hari berikutnya, kata Bader, Nabi memerintahkan pembelian tanah itu dan membangun masjid di sana. Ketika membeli tanah itu, Nabi SAW menghadapi tantangan berupa mengubah arah kiblat dari Yerusalem ke Mekkah. Saat pemindahan kiblat itu, seluruh bangunan dibangun kembali untuk menyesuaikan arah kiblat.
"Kota ini tumbuh pesat, demikian pula dengan populasi Muslim. Karena itu, Umar bin Khattab memerintahkan agar kembali dibangun masjid, namun ia meminta bangunan itu mirip dengan apa yang dilakukan Nabi," kata dia.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, masjid Nabawi mengalami banyak perubahan. Hal ini dilakukan atas usul para sahabat yang melihat umat Islam dari luar Madinah berdatangan. Saat itulah, Masjid Nabawi mengalami pengembangan kapasitas dan estetika tata ruang.
"Pada era Kalifah Utsman bin Affan, fondasi Masjid Nabawi mengalami perubahan kembali. Ustman menganti material tanah liat menjadi batu. Setelah berkonsultasi dengan sahabat yang lain, ide Ustman akhirnya disetujui," jelas Bader.
Hal menarik lain, kata Bader, sebagian besar bangunan Madinah dibuat dari tanah liat yang dibakar. Sementara, bangunan Masjid Nabawi tidak menggunakan tanah liat yang tidak dibakar. "Maksudnya, dibangunnya Masjid Nabawi akan menghindarkan umat Islam dari api neraka," pungkas dia
www.republika.co.id
Rating Artikel : 5 Jumlah Voting : 99 Orang
0 komentar:
Posting Komentar