Sabtu, 14 Juli 2012

Geliat Syiar Islam di Negeri Sakura (Bag 1)

| Sabtu, 14 Juli 2012 | 0 komentar

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Nawawi Asmat*

“Jangan pernah ragu. Tanamkanlah terus niat ibadah, komitmen, kerja sama, dan kesungguhan kita semua. Bumi dengan segala isinya adalah milik Allah.  Maka jika Ia meridhai untuk dibangun masjid di daerah ini pasti semuanya terealisasi.”

Begitulah Imam Masjid Mie di Jepang kala itu, memberi semangat,  ketika melihat sebagian panitia mulai pesimis karena sudah lebih dari tujuh tahun rencana pembangunan Masjid Mie tak kunjung terwujud. Dana yang kurang membuat semangat sebagian panitia agak berkurang.

Saat itu, dana yang dibutuhkan untuk membeli tanah dan renovasi bangunan baru terkumpul kurang dari 10 juta yen. Padahal dana yang dibutuhkan mencapai 40 juta yen atau sekitar Rp 4 miliar. Untuk menutupi kekurangannya, panitia hanya punya waktu sekitar setengah tahun, karena pemilik apato -- sebutan untuk apartemen di Jepang -- yang saat itu digunakan sebagai masjid, tak memperpanjang masa sewa.

Tak mudah bagi umat Islam di negeri Sakura untuk membangun masjid. Panita pembangunan sudah berkali-kali mencari lahan dan bangunan yang akan dibeli. Ketika harga sudah disepakati, penjual membatalkannya setelah mengetahui akan digunakan sebagai masjid.

Kerja keras itu akhirnya terbayar. 1 Maret 2009  menjadi awal kebahagian masyarakat Muslim di Provinsi Mie. Kini, masjid permanen yang didambakan Muslim di wilayah itu akhirnya terwujud.  Masjid permanen berarti sebuah bangunan masjid resmi dan milik umat Islam.

Peresmian Masjid Mie, saat itu,  dihadiri ratusan masyarakat Muslim dari berbagai kota di Jepang, termasuk perwakilan dari Konjen RI di Osaka yang sempat didaulat memberikan kata sambutan pada hari peresmian Masjid Mie.

                                                                                  ***
Provinsi Mie berada di Pulau Honshu, pulau bagian tengah dan terbesar di Jepang.  Lokasinya sangat strategis karena berdekatan dengan kota besar terkenal di Jepang seperti Nagoya, Osaka, dan Kyoto. Di salah satu kota di provinsi ini, yaitu Kota Isei terdapat salah satu kuil Shinto tertua di Jepang yang bernama Ishei Shrine.

Tak heran jika provinsi ini juga dikenal dengan wisata religinya. Setiap akhir pekan ribuan orang memadati kawasan Ishei Shrine dan puncaknya terjadi pada setiap minggu pertama bulan Januari, dimana ratusan ribu orang dari seluruh penjuru Jepang berkunjung ke kuil tersebut.

Provinsi Mie merupakan kota industri yang sedang berkembang di Jepang. Di Provinsi ini terdapat pusat pabrik perusahaan besar Jepang, seperti Panasonic, Sharp, Sony, dan ratusan perusahaan manufaktur kecil dan menengah.

Provinsi ini juga terkenal dengan industri perikanannya dan menjadi salah satu basis kawasan industri pengelolaan hasil laut di Jepang. Sehingga tidak mengherankan jika Provinsi Mie telah menjadi salah satu tujuan pekerja asing mencari kerja di Jepang, termasuk pekerja dari Indonesia.

Berdasarkan rasio penduduknya, jumlah WNA di Provinsi ini termasuk nomor ketika terbesar di Jepang. Satu dari 50 penduduk di Provinsi Mie adalah orang asing. Pada 2009, terdaftar sekitar 13 ribu WNA di Provinsi ini. Mereka mayoritas berasal dari Cina, Korea, dan Brazil. Sedangkan, warga negara Indonesia mencapai 1.300 orang, sebagian besar adalah para pemuda Indonesia yang bekerja di Jepang melalui program pemagangan (trainee).
 * Penulis adalah  mantan President of  Mie Islamic Cultural Center (MICC) Japan periode 2009/2010 dan Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI. Email: nawilipi@yahoo.com.

Artikel Terkait:

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Arsip Islam

 
© Copyright 2010. yourblogname.com . All rights reserved | yourblogname.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com - zoomtemplate.com