REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komunitas Muslim ambil bagian dalam kampanye penolakan terhadap layanan film porno yang ditawarkan hotel-hotel di Amerika Serikat (AS). Bersama umat Kristen di AS, Umat Muslim AS menyatakan layanan tersebut tidak bermoral.
"Kami umat Islam dan saudara kami, umat Kristiani, mendesak hotel agar memberikan layanan yang bermoral," sebut pernyataan Syeikh Hamza Yusuf, Zaytuna seperti dikutip cnn.com, Jumat (13/7).
Yusuf mengatakan, sudah seharusnya ancaman terhadap moral masyarakat perlu dihilangkan. Dalam Islam, kata Yusuf, melihat tayangan porno dan hal-hal berbau pornografi merupakan perbuatan sia-sia. "Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menghindari hal-hal yang merusak moral," sebut Yusuf.
Penolakan itu justru dianggap omong kosong oleh pihak yang seharusnya turut ambil bagian. "Isi surat itu omong kosong. Niatnya baik, tapi itu tidaklah mungkin melarang mereka," ungkap Pastor Craig Cross.
Asosiasi Penginapan dan Hotel Amerika, mengatakan masalah itu bukan terletak pada layanannya. Pihaknya hanya memberikan pilihan. Putusan akhir berada ditangan konsumen.
"Layanan yang kami berikan tersedia merupakan wujud permintaan pasar. Tidak semua hotel menyediakan layanan itu," ungkap Wakil Presiden Pemasaran dan Komunikasi Asosiasi, Kathryn Potter.
Namun, Yusuf tidak sependapat dengan argumen pihak asosiasi. Menurutnya, layanan yang ada memicu godaan terhadap konsumen. "Ini tidak adil. Anda harus pertimbangkan fakta bila layanan itu merupakan bentuk lain dari godaan," cetus dia.
Majalah Perdagangan dan Industri Porno, Adult Video News memperkirakan 55 persen konten film berbayar di hotel adalah pornografi. Omset bisnis tersebut, menurut majalah itu, mencapai 65 juta dolar AS per kuartal atau 260 juta AS per tahun.
"Kami umat Islam dan saudara kami, umat Kristiani, mendesak hotel agar memberikan layanan yang bermoral," sebut pernyataan Syeikh Hamza Yusuf, Zaytuna seperti dikutip cnn.com, Jumat (13/7).
Yusuf mengatakan, sudah seharusnya ancaman terhadap moral masyarakat perlu dihilangkan. Dalam Islam, kata Yusuf, melihat tayangan porno dan hal-hal berbau pornografi merupakan perbuatan sia-sia. "Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menghindari hal-hal yang merusak moral," sebut Yusuf.
Penolakan itu justru dianggap omong kosong oleh pihak yang seharusnya turut ambil bagian. "Isi surat itu omong kosong. Niatnya baik, tapi itu tidaklah mungkin melarang mereka," ungkap Pastor Craig Cross.
Asosiasi Penginapan dan Hotel Amerika, mengatakan masalah itu bukan terletak pada layanannya. Pihaknya hanya memberikan pilihan. Putusan akhir berada ditangan konsumen.
"Layanan yang kami berikan tersedia merupakan wujud permintaan pasar. Tidak semua hotel menyediakan layanan itu," ungkap Wakil Presiden Pemasaran dan Komunikasi Asosiasi, Kathryn Potter.
Namun, Yusuf tidak sependapat dengan argumen pihak asosiasi. Menurutnya, layanan yang ada memicu godaan terhadap konsumen. "Ini tidak adil. Anda harus pertimbangkan fakta bila layanan itu merupakan bentuk lain dari godaan," cetus dia.
Majalah Perdagangan dan Industri Porno, Adult Video News memperkirakan 55 persen konten film berbayar di hotel adalah pornografi. Omset bisnis tersebut, menurut majalah itu, mencapai 65 juta dolar AS per kuartal atau 260 juta AS per tahun.
0 komentar:
Posting Komentar