RAMADAN tiba. Tiap umat Islam di manapun berada menyambut ramadan dengan suka cita. Tak hanya di Indonesia, yang di tiap daerahnya memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan ramadan yang penuh berkah. Di beberapa negara lain ramadan juga "dijemput" dengan tradisi mereka masing-masing.
Bicara tentang "pernak-pernik" ramadan berisi lebih dari sekedar content spiritual ajaran Islam, tapi juga berbicara tentang tradisi dan budaya di daerah tersebut. Menarik untuk diamati. Karena agama di manapun ia berada selalu berbaur dengan tradisi dan budaya daerah setempat.
Di Mesir Islam telah diakui sebagai agama negara sejak tahun 1980, dengan umat Muslim yang berjumlah sekitar 90% dari 80 juta rakyatnya, di Mesir hampir seluruh umat Islamnya adalah Sunni. Mesir merupakan sebuah negara yang menjadi pusat peradaban ilmu islam dengan al-Azharnya.
Pijar Fanus
Tradisi menyambut Ramadan di Mesir juga beragam dan unik. Diantaranya yang terunik adalah fanus alias lampu Ramadhan. Lampu Fanus berbentuk lampu hias, yang memiliki corak dan warna aneka beraneka ragam. Dengan ukuran yang beraneka ragam pula, dari yang kecil hingga ke ukuran raksasa.
Tiap keluarga di Mesir bisa dikatakan wajib untuk membeli lampu Fanus. Suasana malam selama bulan suci Ramadan disemarakan oleh lampu yang biasanya di setiap balkon rumah-rumah penduduk atau di pintu gerbang masuk ke dalam suatu gedung ini. Awalnya, sistem penerangan di dalam lampu Fanus tersebut bersumber dari bakaran lilin atau minyak zaitun. Namun kini sudah diganti dengan lampu listrik dengan ukuran yang berbeda-beda.
Masyarakat Mesir mulai mengenal Fanus pada tahun 358 Hijriyah tepatnya hari kelima di bulan Ramadhan.
Fanus memiliki kisah di masa lalu yang unik. Asal muasal lahirnya tradisi pemasangan lampu Fanus ini ketika seorang penguasa di zaman Kesultanan Fathimiyah yang saat itu berkuasa di Mesir memerintahkan kepada setiap iman masjid di negeri tersebut, untuk memasang penerangan dari minyak zaitun di sekitar lokasi mesjid, hal ini maksudnya untuk mempermudah para jemaah yang ingin melaksanakan shalat Tarawih serta ibadah malam lainnya selama bulan suci Ramadhan.
Tradisi tersebut terus berkembang seiring berjalannya masa. Bahkan bentuknya pun semakin berubah, yaitu dengan menggunakan aneka warna dan corak lampu, sehingga semakin menambah semarak suasana malam.
Saat ini, lampu Fanus tidak saja dinyalakan pada saat bulan Ramadhan saja, banyak keluarga Mesir yang menggunakan lampu tersebut sebagai lampu dekorasi di dalam rumah mereka, dengan desain yang lebih kecil namun kaya dengan kreasi seni.
Saat ini kerajinan lampu Fanus yang dilakukan oleh rakyat setempat pun semakin terdesak, karena produk serupa telah didominasi oleh produk buatan Cina dengan harga yang lebih ekonomis. Walaupun lampu Fanus buatan asli Mesir terbuat dari bahan besi dan baja, namun orang Mesir lebih memilih produk Cina yang terbuat dari bahan plastik yang murah meriah. Yang terpenting bagi mereka, dapat merasakan kemeriahan suasana malam Ramadhan dengan kehadiran lampu tersebut.
Selain Fanus, tradisi unik lainnya di Mesir adalah ajwa' Ramadhan atau suasana dengan hiasan khas ramadhan, maidaturrahman yaitu hidangan gratis untuk berbuka puasa, kunafa dan qathayif yaitu makanan khas Ramadhan, musahharati yaitu orang yang bertugas membangunkan kaum muslimin untuk makan sahur, lagu-lagu Ramadhan dan meriam Ramadhan yang dibunyikan ketika waktu magrib tiba.
0 komentar:
Posting Komentar