Para orangtua rupanya ingin anak-anak mereka dibekali pendidikan agama Islam dengan pendekatan ala Indonesia.
Semarak Ramadan rupanya tidak hanya dilakukan di tanah air saja, di negara dengan kaum muslim minoritas pun tidak mau kalah untuk melakukannya. Kultur Pesantren Kilat atau Sanlat yang biasa ada di Indonesia, coba dilakukan di Inggris, tepatnya di London.
Sebanyak 40 anak dan remaja mengikuti kegiatan pesantren kilat Ramadan mengangkat tema 'Proud To Be A Moslem' yang dikemas dalam bentuk interaktif diadakan Pengajian Masyarakat Indonesia di London bekerjasama dengan Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang dikelola Indonesian Islamic Centre (IIC) di KBRI London, akhir pekan lalu.
Koordinator pelaksana kegiatan Pesantren Ramadan Anak dan Remaja, Fitri Yantin, Minggu (29/7) mengungkapkan, jika pesantren kilat remaja dan anak anak yang dilakukan itu mendapat dukungan dari KBRI London dan Atase Pendidikan T. A. Fauzi Soelaiman yang juga Ketua Pengajian Masyarakat Indonesia di London.
Menurut Fitri Yantin, yang juga ikut mengajar anak-anak dan remaja di TPA yang dikelola IIC London, ide pesantren kilat Ramadan ini justru berasal dari orangtua santri TPA.
"Mereka menginginkan anak-anak mendapatkan tambahan kegiatan selama bulan puasa," ujar Fitri Yantin yang dipercaya sebagai Wakil Ketua Muslimat NU UK.
Begitu pendaftaran Sanlat dibuka, animo masyarakat Islam Indonesia tergolong tinggi. Para orangtua rupanya ingin anak-anak mereka dibekali pendidikan agama Islam dengan pendekatan ala Indonesia.
Fitri Yantin mengharapkan dengan begitu peserta tidak merasa bosan begitupun materi disajikan melalui kegiatan ceramah dan tanya jawab, quiz, tayangan film/video, serta diskusi kelompok dan permainan.
" I want my Mom to draw how to do proper wudu," demikian celoteh Safa (7) setelah mengikuti Pesantren Ramadan untuk Anak dan Remaja di KBRI London.
Safa merupakan salah satu peserta Pesantren Ramadhan untuk Anak dan Remaja yang di selenggarakan oleh Pengajian Masyarakat Indonesia di London bekerjasama dengan Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang dikelola oleh Indonesian Islamic Centre (IIC) London
Remaja dan anak anak dengan semangat mengikuti kegiatan pesantren kilat dan mengatakan sangat terkesan dengan materi I Love Allah, terutama pada bagian penjelasan bagaimana Allah menciptakan tubuh manusia. Putera dari Andi M. Sadat yang sedang menyelesaikan program doktor di Norwich ini sangat terkesan dengan penjelasan dari mentor mengenai How to make wudu dan ingin ibunya menempelkan gambar di dinding kamar mandi di rumahnya.
Dijelaskan oleh Fitri, jika untuk menyelenggarakan Sanlat, panitia menyediakan enam mentor yang berasal dari berbagai latar belakang aktivitas, seperti mahasiswa dan karyawan kantoran. Tentunya mereka memiliki pengalaman, wawasan dan kapasitas ilmu agama yang tepat untuk membimbing peserta.
Sementara pasangan suami isteri Dicky Ibrahim dan Teti Ibrahim yang ikut mengisi program Sanlat itu mengatakan, anak-anak Indonesia yang bersekolah di Inggris mempunyai pola pikir yang kritis dan logis. Diperlukan persiapan yang matang untuk menyampaikan nilai-nilai Islam karena anak-anak itu tidak segan untuk langsung mengajukan pertanyaan yang di luar dugaan, ujar Teti Ibrahim yang bersama suami menjadi permanen resident di Inggris.
Salah seorang mentor pesantren kilat remaja, Dewi Nur Aisyah, yang sedang menyelesaikan disertasi Masternya di Imperial College London, menyampaikan remaja Indonesia di Inggris sangat membutuhkan bimbingan ke-Islaman untuk membentengi kepribadian mereka dari pengaruh negatif lingkungan sosial dan pergaulan. Dewi, yang pernah menjadi mahasiswi berprestasi di UI ini menyiapkan dengan serius materi pesantren Ramadan, tidak heran jika para santri remaja puteri sangat senang mendengarkan penjelasannya.
Kegiatan ini berlangsung setiap Sabtu selama Ramadan diadakan bersamaan dengan pengajian masyarakat Indonesia yang bertempat di KBRI London. Bagi para orangtua juga memudahkan mereka untuk mengajak putera-puteri mereka sekaligus menghadiri pengajian. Fadjar R.T yang baru menetap di London selamat empat bulan, mendukung pengaturan itu karena anak-anak mendapatkan pengajaran nilai-nilai Islam yang sesuai dengan karakter mereka.
Pak Fauzi, begitu sapaan akrab Atase Pendidikan Fauzi Soelaiman sejak jauh-jauh hari mendiskusi dengan panitia mengenai rangkaian kegiatan pesantren kilat dan menaruh perhatian mulai dari kebutuhan logistic, peralatan audio visual, publikasi, hingga materi sampai pada ketersediaan ruangan.
Semarak Ramadan rupanya tidak hanya dilakukan di tanah air saja, di negara dengan kaum muslim minoritas pun tidak mau kalah untuk melakukannya. Kultur Pesantren Kilat atau Sanlat yang biasa ada di Indonesia, coba dilakukan di Inggris, tepatnya di London.
Sebanyak 40 anak dan remaja mengikuti kegiatan pesantren kilat Ramadan mengangkat tema 'Proud To Be A Moslem' yang dikemas dalam bentuk interaktif diadakan Pengajian Masyarakat Indonesia di London bekerjasama dengan Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang dikelola Indonesian Islamic Centre (IIC) di KBRI London, akhir pekan lalu.
Koordinator pelaksana kegiatan Pesantren Ramadan Anak dan Remaja, Fitri Yantin, Minggu (29/7) mengungkapkan, jika pesantren kilat remaja dan anak anak yang dilakukan itu mendapat dukungan dari KBRI London dan Atase Pendidikan T. A. Fauzi Soelaiman yang juga Ketua Pengajian Masyarakat Indonesia di London.
Menurut Fitri Yantin, yang juga ikut mengajar anak-anak dan remaja di TPA yang dikelola IIC London, ide pesantren kilat Ramadan ini justru berasal dari orangtua santri TPA.
"Mereka menginginkan anak-anak mendapatkan tambahan kegiatan selama bulan puasa," ujar Fitri Yantin yang dipercaya sebagai Wakil Ketua Muslimat NU UK.
Begitu pendaftaran Sanlat dibuka, animo masyarakat Islam Indonesia tergolong tinggi. Para orangtua rupanya ingin anak-anak mereka dibekali pendidikan agama Islam dengan pendekatan ala Indonesia.
Fitri Yantin mengharapkan dengan begitu peserta tidak merasa bosan begitupun materi disajikan melalui kegiatan ceramah dan tanya jawab, quiz, tayangan film/video, serta diskusi kelompok dan permainan.
" I want my Mom to draw how to do proper wudu," demikian celoteh Safa (7) setelah mengikuti Pesantren Ramadan untuk Anak dan Remaja di KBRI London.
Safa merupakan salah satu peserta Pesantren Ramadhan untuk Anak dan Remaja yang di selenggarakan oleh Pengajian Masyarakat Indonesia di London bekerjasama dengan Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang dikelola oleh Indonesian Islamic Centre (IIC) London
Remaja dan anak anak dengan semangat mengikuti kegiatan pesantren kilat dan mengatakan sangat terkesan dengan materi I Love Allah, terutama pada bagian penjelasan bagaimana Allah menciptakan tubuh manusia. Putera dari Andi M. Sadat yang sedang menyelesaikan program doktor di Norwich ini sangat terkesan dengan penjelasan dari mentor mengenai How to make wudu dan ingin ibunya menempelkan gambar di dinding kamar mandi di rumahnya.
Dijelaskan oleh Fitri, jika untuk menyelenggarakan Sanlat, panitia menyediakan enam mentor yang berasal dari berbagai latar belakang aktivitas, seperti mahasiswa dan karyawan kantoran. Tentunya mereka memiliki pengalaman, wawasan dan kapasitas ilmu agama yang tepat untuk membimbing peserta.
Sementara pasangan suami isteri Dicky Ibrahim dan Teti Ibrahim yang ikut mengisi program Sanlat itu mengatakan, anak-anak Indonesia yang bersekolah di Inggris mempunyai pola pikir yang kritis dan logis. Diperlukan persiapan yang matang untuk menyampaikan nilai-nilai Islam karena anak-anak itu tidak segan untuk langsung mengajukan pertanyaan yang di luar dugaan, ujar Teti Ibrahim yang bersama suami menjadi permanen resident di Inggris.
Salah seorang mentor pesantren kilat remaja, Dewi Nur Aisyah, yang sedang menyelesaikan disertasi Masternya di Imperial College London, menyampaikan remaja Indonesia di Inggris sangat membutuhkan bimbingan ke-Islaman untuk membentengi kepribadian mereka dari pengaruh negatif lingkungan sosial dan pergaulan. Dewi, yang pernah menjadi mahasiswi berprestasi di UI ini menyiapkan dengan serius materi pesantren Ramadan, tidak heran jika para santri remaja puteri sangat senang mendengarkan penjelasannya.
Kegiatan ini berlangsung setiap Sabtu selama Ramadan diadakan bersamaan dengan pengajian masyarakat Indonesia yang bertempat di KBRI London. Bagi para orangtua juga memudahkan mereka untuk mengajak putera-puteri mereka sekaligus menghadiri pengajian. Fadjar R.T yang baru menetap di London selamat empat bulan, mendukung pengaturan itu karena anak-anak mendapatkan pengajaran nilai-nilai Islam yang sesuai dengan karakter mereka.
Pak Fauzi, begitu sapaan akrab Atase Pendidikan Fauzi Soelaiman sejak jauh-jauh hari mendiskusi dengan panitia mengenai rangkaian kegiatan pesantren kilat dan menaruh perhatian mulai dari kebutuhan logistic, peralatan audio visual, publikasi, hingga materi sampai pada ketersediaan ruangan.
0 komentar:
Posting Komentar