Ingin mengenalkan Allah dan Rasulullah SAW kepada anak-anak? Berharap anak-anak bisa menerima nasihat atau pesan-pesan kebaikan-kebenaran? Banyak cara yang bisa ditempuh.
Salah satunya yaitu seperti yang dilakukan Forum Komunikasi Taman Pendidikan Alquran (Forkita) Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Minggu (1/7/2012) lalu. Forkita mengadakan Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI).
Pesertanya adalah anak-anak TPA dari wilayah Sondakan dan sekitarnya. Banyak agenda yang disiapkan panitia dalam FASI yang berlangsung hingga Minggu (8/7/2012). Beberapa di antaranya adalah kegiatan yang menyangkut kesenian yakni lomba membaca puisi, mewarnai kaligrafi, lomba azan serta pentas seni Islami.
Lomba puisi digelar di Masjid Ar Rohmah, Mutihan, Sondakan dan lomba membaca Alquran di Masjid Al Muttaqin, Premulung, Sondakan. Ketua Forkita, Agung Nugroho, menuturkan panitia membuat kegiatan yang mengandung unsur kesenian karena bisa dijadikan sarana berdakwah. Seni membuat sesuatu menjadi indah.
“Dakwah Islam dengan jalur kajian atau pengajian itu monoton. Berdakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara, yang penting tidak meninggalkan unsur-unsur Isam, tidak mengandung sesuatu yang syirik serta menjunjung akhlakul karimah,” kata Agung.
Saat ditemui Solopos.com di tempat kerjanya di TK Nahdlatul Muslimat (NDM) Sondakan, Agung menuturkan perlu cara yang menarik dan kreatif agar anak-anak mudah menerima pesan atau nasihat.
Guru TK NDM Sondakan ini mengatakan anak-anak senang jika diajak mengikuti kegiatan yang sifatnya riang gembira. Menggerakkan anak-anak dengan unsur-unsur seni dapat dilakukan untuk mewujudkan keceriaan.
Pada Jumat-Minggu (29/6-1/7/2012) lalu, Lazis Jateng Soloraya mengadakan Jambore Anak Yatim se-Jateng di Lapangan Kemuning, Kabupaten Karanganyar. Sebanyak 285 anak yatim dari 16 panti asuhan yatim se-Jawa Tengah (Jateng) mengikuti jambore itu. Panitia membagi peserta dalam 28 kelompok, 14 kelompok putra dan 14 kelompok putri.
Ketua panitia Jambore Anak Yatim se-Jateng, Wahyu Wahnuri, menuturkan pada hari pertama pelaksanaan jambore tersebut dimeriahkan dengan unjuk bakat. Agenda unjuk bakat yang berlangsung pada malam pertama Jambore tersebut menjadi ajang kompetisi antarkelompok. Panitia membentuk juri yang menilai setiap penampilan kelompok. Di antara kelompok peserta ada yang menampilkan nyanyian, tarian, bela diri maupun drama.
“Penampilan kelompok tergantung kreativitas tapi masih sesuai dengan tema jambore yaitu Yatim Beraksi, Berani, Aktif dan Berprestasi. Pesan-pesan yang disampaikan dalam nyanyian, tarian maupun drama kebanyakan ajakan agar bersemangat, mandiri dan tidak menyerah,” papar Wahyu.
Saat dihubungi Solopos.com, Rabtu (4/7/2012), Wahyu mengatakan dalam puisi dan drama, anak-anak diingatkan dan mengingatkan agar punya semangat tinggi meski tidak punya ayah dan dalam kondisi kekurangan. Dia menilai anak-anak peserta jambore daya nalarnya belum bekerja sempurna dan perlu ada visualisasi penyampaian pesan.
Panitia berupaya agar selama jambore model penyampaian pesan tidak hanya ceramah. Sejumlah kegiatan yang dilakukan yaitu, outbound, mendongeng, penampilan pengunjuk bakat tamu berupa beladiri wushu dan nasyid kelompok Kumis Nada dari Ngruki.
Dosen Filsafat Seni dan Estetika Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS, Nanang Rizali, menuturkan seni Islam adalah seni yang dapat mengungkapkan keindahan dan konsep tauhid sebagai esensi akidah, tata nilai dan norma untuk menyampaikan pesan keesaan Tuhan.
Guru Besar Seni Rupa-Kriya Seni FSSR itu menjelaskan seni Islam diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung, sedangkan wujudnya dibentuk berdasar karakteristik-karakteristik tertentu.
“Suatu bentuk seni yang dilandasi oleh hikmah atau kearifan spiritualitas Islam tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, akan tetapi juga realitas batin,” kata Nanang.
0 komentar:
Posting Komentar